heart attack

Ini semoga menjadi kisah klasik yang pernah menimpa diriku dan tidak terulang lagi di masa masa mendatang. Aku coba tuangkan dalam catatan ini semoga mampu menjadikan pepeling (peng-ingat ingat) akan sesuatu yang kurang baik dan berharap sebagai badan/lembaga kontrol atas diri ku sendiri, dan semoga menjadi pelajaran bagi pembaca budiman.

Salah satu yang membuat aku jadi begini selain karena Takdir, maka ia adalah akumulasi dari kegemaran ku akan melahap setiap makanan (asal sehat/baru/hangat/panas) dan tak satupun aku membedakan makanan yang satu dengan yang lain, semua aku suka, suka dan suka. Entah itu masakan Padang, Arab, China, Manado, Eropa, Asia, Malaysia, Jawa, Bugis, Kupang, Madura, bahkan masakan Irian sekalipun.

Kegemaran ku itu ternyata ditunjang pula oleh jenis pekerjaaan ku yang juga mengurusi bahan pangan rakyat se Indonesia, dan rata rata pekerjanya juga gila makan !! Mengapa gila makan ? Ya pastilah … misalnya kalau aku tugas ke Daerah maka orang daerah pasti akan melayani aku (yang notabene orang dari kantor pusat) dengan hidangan makanan khas daerah yang aku tuju.

Nah sementara kalau aku pas tugas sebagai orang daerah, maka salah satu kegiatannya adalah menjamu orang orang pusat yang adatang ke daerah dimana aku bertugas.

Jadi setali tiga wang ?

Intinya sejak di tugaskan di Kupang NTT, di DKI Jakarta dan di kantor pusat … maka hampir semua tempat makan favorit di kota ini sudah aku kunjungi dan dari sinilah penumpukan sisa sisa makanan itu menjadai bahan dasar berbagai jenis penyakit.

Kejadian itu bermula pada tahun 2001 sampai 2003 dimana aku ditugaskan di Gudang Bulog tepatnya di GBB X/MP IV Kelapa Gading Jakarta Utara.  Kala itu gudang tersebut secara khusus dijadikan gudang Gula pasir (Tim Pergudangannya antara lain : saya sendiri, Pak Kartubi, Pak Arif, Pak Sucipto, Pak Yudi, Pak Daeng, Pak Kusen dan tiga orang harian yaitu Bibik, Pak Akam, Udin dan Encep)

Karena sibuknya pengeluaran dan pemasukan di Gudang Gula Pasir itu pernah sekali waktu aku memegang stok sebanyak  17.000 ton (tujuh belas ribu ton) atau senila Rp. 85 milyar lebih, jika di angka-kan per kilogram gula pasir adalah Rp. 5.000,-

Dalam kesibukan yang tidak mengenenal waktu itu, maka pola makan menjadi tidak teratur, sementara perputaran uang yang cukup tinggi di gudang (tip dari pengangkut dan pemilik barang) juga menyebabkan aneka makanan yang dimakan adalah makanan yang mengandung protein, lemak, karbu hidrat dan sebagainya cukup tinggi dan terlalu berlebihan, dan itu sepanjang pagi siang sore dan malam selama tiga tahun berturut turut.

Dalam sebuah check up rutin, dokter mengatakan bahwa tekanan darah ku mencapai 230/140 sebuah angka yang sangat membahayakan, memang yang aku rasakan adalah sering sakit kepala yang berlama lama dan sementara ini di kantong baju ku tersedia selalu obat sakit kepala. Tapi ternyata semua itu tidak menyelesaikan masalah … bahkan masalah ternyata semakin bertumpuk … yaitu sakit di sekujur badan.

Nafas mulai pendek pendek dan ngos ngosan, susah tidur kala malam hari, tidak kuat jalan jauh, tidak kuat mengangkat beban bahkan menggendong Mbak Gendis sekalipun, sampai baju dan celana pada kesempitan semuanya. Mulai limbung dan pada suatu sore sepulang kerja tiba tiba sekujur kakiku membengkak dan tidak bisa di pakai untuk menekuk atau berjalan. Bahkan berjalan dari dari pemberhentian bus ke rumah kontrakan di Klender saja hampir tidak sanggup.

Sesampai dirumah untuk buang air juga tidak bisa jongkok ? ada apa ini ? maka aku buka buku “Dokter di Rumah Anda” …. nah terbukalah disini, bahwa aku di mungkinkan terkena serangan jantung atau heart attack !!

Malam itu juga langsung dirawat di RS Islam Pondok Kopi (sekitar tahun 2003) karena lokasi rumah sakit itu terdekat dengan rumah kontrakan di Klender.

Sampai dengan tahun 2008 sudah tercatat aku keluar masuk rumah sakit sebanyak 5 kali alias hampir setiap tahunnya hampir pernah dirawat di rumah sakit, terakhir bahkan setelah diketahui aku mengindap gejala pembengkakan jantung maka sejak 2004 aku pindah rumah sakit ke Harapan Kita Jakarta, dengan dokter yang menangani aku yaitu dr. Anna Ulfa Rahayoe.

Bahkan di tahun 2008 bulan Pebruari dan April ini aku masuk rumah sakit lagi, pertama di Harapan Kita Jakarta, yang kedua di Unit Perawatan Jantung  RS. Kariadi Semarang, sampai juga mondok di penyembuhan alternatif dengan pijat syaraf dan ramuan tradisional di rumah Bapak Ugiyanto – Balun – Wanayasa – Banjarnegara – Jawa Tengah. Juga konsultasi khusus ke seorang dokter muda yaitu dr. Mada di Ungaran Jawa Tengah.

Syukur alhamdu lillah. Sejak bulan April sampai dengan akhir Juli ini aku setidaknya sudah merasa fit dan seger kembali, aku bersyukur kepada ALLAH SWT dan berterima kasih pada dokter dokter yang sudi menangani aku serta seorang bapak dengan semua anak buahnya di Mbalun yang tulus juga membantuku.

Mereka mereka adalah, dr. Anna Ulfa Rahayoe, dr. Yusak, dr. Shodiqul Rifki, dr. Mada, dr. Nurcholis, Pak Ugiyanto bersama Misono, Miskun, Misdi, Misroh, Tunut, dan teman temannya, tak lupa kepada semua sedulur sedulur ku yang semua mempedulikan aku.

matur nuwun sanget.

Leave a comment